Yadnya Kasada Ritual Adat Suku Tengger Bromo, Berikut Faktanya
Yadnya Kasada Bromo – “Hong Ulun Basuki Langgeng” begitulah kira-kira selogan Suku Tengger yang berasa di lereng gunung Bromo. Kalimat tersebut merupakan ungkapan meyakini Tuhan yang Maha Tunggal yang artinya “Semoga Shang Hyang Widhi memberikan kedamaian, kemakmuran, kesehatan kepada kita semua”. Ungkapan ini adalah ungkapan selamat datang kepada semua yang datang dari seluruh Nusantara yang berkunjung untuk menikmati keindahan alam bumi Tengger salah satunya gunung Bromo.
Wisata Bromo dan sekitarnya tidak akan pernah lepas dengan keunikannya. Termasuk salah satunya yaitu upacara adat Yadnya Kasada yang diselenggarakan pada tanggal 14 Bulan Kasada dalam kalender agama Hindu Tengger dan biasanya pada bulan Agustus pada kalender Masehi. Ritual ini akan dipimpin oleh kepala dukun setempat dan diikuti oleh semua warga suku Tengger baik dari Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Malang, ataupun Lumajang. Dan merupakan murni ritual adat yang mana semua masyarakat dikawasan tersebut wajib mengikutinya meskipun berbeda kepercayaan atau agama yang dianut. Acara tersebut berlangsung hingga tiga hari dan artinya selama acara berlangsung Bromo tidak diperbolehkan dibuka untuk wisatawan. Ini merupakan peraturan adat dan telah disetujui oleh pemerintah daerah setempat.
Berikut adalah fakta-fakte menarik pada saat upacara atau ritual adat Yadnya Kasada diselenggarakan di gunung Bromo :
Berawal dari kisah Roro Anteng dan Joko Seger
Yadnya Kasada berkaitan dengan Sejarah Gunung Bromo dimana pada saat Roro Anteng lama tidak memiliki keturunan. Setelah berlangsung lama ada bisikan yang memerintahkan untuk bersemedi di puncak bibir kawah Bromo agar memiliki keturunan. Akan tetapi setelah punya keturunan yang ke 25, maka anak tersebut harus ditumbalkan ke kawah Bromo sebagai persembahan. Maka Joko Seger sebagai seorang suami menyetujui dan mengajak sang istri untuk bersemedi. Tidak lama setelah itu maka keduanya memiliki keturunan sebanyak 25. Namun keduanya mengingkari janji tersebut akhirnya terjadilah terjadi bencana besar. Bromo meletus sangat dahsyat mengeluarkan larva panas dan melalap anak terahir tersebut.
Seketika muncul suara yang berkata “Saudaraku aku telah dikorbankan oleh orang tua dan Hyang Widhi untuk menyelamatkan kalian. Hiduplah dengan tentram dan sembahlah Hyang Widhi dan jangan lupa setiap hari ke 14 Bulan Kasada kalian melakukan upacara untuk Hyang Widhi”. Nah dari situlah awal mula Yadnya Kasada berasal.
Melarung sesaji ke kawah bromo
Semua masyarakat Suku Tengger diwajibkan membuat sesaji yang nantinya akan dibuang ke kawah Bromo. Sesuai dengan cerita legenda diatas, yaitu melarung sesaji ke kawah merupakan randa rasa sukur kepada Hyang Widhi dan sekaligus memohon agar dijauhkan dari bala’ dan musibah.
Biasanya wisatawan lokal dapat melihat upacara ini, akan tetapi dengan kapasitas yang minim. Tidak semua orang dapat masuk pada saat acara berlangsung.
Hasil ternak dan pertanian dijadikan sesajen
Begitu kental kepercayaan umat Hindu Tengger ini hingga hasil bumi mereka juga ikut dijadikan sesaji. Sebagian hasil panen yang mereka dapatkan baik berupa sayuran, buah-buahan dan sebagainya ikut dimasukan ke dalam kawah. Mereka tidak memakan atau menjual semua hasil panennya. Ini adalah merupakan bukti bahwa masyarakat Suku Tengger tidak mendahulukan kepentingan pribadinya melainkan kebutuhan sesama.
Tidak hanya hasil bumi, melainkan hewan ternak juga seperti kambing, ayam, atau bebek juga ikut serta secara sukarela di jadikan sesajian kepada Hyang Widhi. Lagi-lagi ini adalah persembahan sebagai wujud rasa sukur mereka.
Banyak orang merebutkan sesaji
Sebelum sesajen tersebut dilarung diletakkan di bibir kawah, kemudian diberi dupa dan doa oleh dukun. Meminta agar selamat diberikan kesehatan dan dijauhkan dari musibah, setelah itu baru di lempar. Ada yang unik dari ritual pelemparan ini.
Banyak pengunjung diluar Suku Tengger yang datang untuk melihat sekaligus mengambil sesaji yang di lempar ke kawah. Mereka datang biasanya dengan membawa peralatanseperti jaring, tongkat, sarung dan semacamnya. Lalu mereka siap siap menangkap sesajian tersebut, ada yang berupa makanan, uang, hasil bumi, ternak dan lain-lain. Bahkan mereka rela nekat berada di bawah bibir kawah demi mendapatkannya.
Itulah fakta mengenai upacara adat Yadnya Kasada di gunung Bromo yang mena tidak hanya wisata alamnya yang unik melainkan adat dan istiadatnya juga unik. Jika anda ingin liburan ke Bromo jangan lupa memesan Paket Wisata Bromo agar liburan menjadi nyaman dan mengesankan. Yuk Segerakan liburan anda bersama kami tlp/WA +6285236865200